Langkah toraknya 86 mm atau menjauh 30 mm dari standar. Diameter piston 66 mm, melar 16 mm dari aslinya. Jelas letupan ruang bakar tiga kali lebih besar dari yang dijual tunai dan kredit di dealer. Bahan bakar yang masuk ke ruang silinder jadi 294 cc, dalam rumus kapasitas dibulatkan jadi 300 cc. Kan sebelumnya cuma 110 cc bro.
Simpul ilmu Thailand menaikkan kapasitas itu, lebih mengutamakan torak, ketimbang diameter sumur silinder. Torsi yang dikejar dalam menggapai 201 meter, bukan putaran yang tinggi. Dalam ilmu mesin balap disebut long stroke, yang ini lebih long lagi. Dalam Ilmu analisa kira-kira, cara itu lebih aman. Andai yang dipilih overbore (diameter silinder lebih besar), jeroan lain nggak kuku.
Overbore butuh rpm tinggi untuk mendapatkan torsi. Itu motor rontok duluan akibat kelebihan putaran, baru semburkan tenaga. Trus, selangkangan jokinya geli-geli basah duluan akibat getaran yang tinggi. Dengan long stroke, komponen lebih aman dan tenaga cepat didapat, itu maksudnya durability, bro.
Makanya dipilih langkah torak 86 tadi yang bukan maksudnya siaaaap..! 86 di rojer, ganti? “Setang pistonnya dari 2-tak, mereknya K125. Saya tidak tahu dari motor apa. Tapi kalau diukur dari TMA ke TMB, ya 86 mm itu. Bloknya saja diganjal 3,8 cm,” jelas Utomo.
Setang piston ini jelas saja butuh modifikasi kelas berat untuk menancapkan pada kruk-as Mio. Kalau kelas ringan sudah jauh-jauh hari rontok. Belum lagi urusan pin piston dan sebagainya. Kalau ditulis di sini, keburu ngantuk sampeyan membacanya. Lagian mekanik Thailand yang bikin.
Pendeknya, pembesaran ruang bakar mengutamakan langkah. Kata orang pintar, volumetriknya dapat dengan komposisi begitu. Ya, nggak dapat semuanya sih. Sebab, ideal volumetrik adalah 80 persen, itu sudah bagus. Berarti 240 cc bahan bakar yang masuk ke ruang silinder dituntaskan piston LHK Forged yang 66 mm tadi. Belum lagi piston yang super ringan ini. Yang ini nanti edisi lain saja ditulis. Walah, ini bukan tabloid pak, tapi online. Iya, lupa...
MASUK-KELUAR
Kedua klep ini diperintah kem atau noken-as yang katanya 2720 . Ruarr biasa, itu kem sangat singkat menutupnya. Berarti, membukanya laaaaaama sekali yang memberi peluang bahan bakar 300 cc masuk ke ruang bakar. “Asli itu angkanya, sudah diukur dan cek ulang pada ahli-ahli kem di Indonesia,” jelas Utomo dengan mimik yang sangat serius.
SERBA RINGAN
Umumnya kuda besi karapan, dibutuhkan suspensi yang rigid (kaku). Untung dua sokbreker depan dan belakang mampu diseting Tomo Speed dengan bagus. Sokbrekernya juga mendukung. Depan pakai teleskopik Honda Sonic dan belakang pakai YSS produk TDR atau Mitra 2000. Itu klik YSS pengatur bounddan rebound atau kompresi memanjang dan memendek, minta yang paling tinggi alias keras sesuai rigidnya karapan motor.
Data modifikasi | |||||
LSA (lobe separation angle) | : 1010 | ||||
Pengapian | : Yamaha Fino | ||||
Busi | : NGK | ||||
Kompresi | : 1:13,4 | ||||
Klep | : SPS | ||||
Kenalpot | : Tomeco | ||||
Per CVT | : LHK | ||||
Roler | : LHK 8 gram | ||||
Belt | : Stadar Mio | ||||
Sokbreker depan | : Honda Sonic | ||||
Sokbreker belakang | : YSS | ||||
Selongsong gas | : Yamaha TZM | ||||
Pelek depan | : TDR 1.20-17 | ||||
Pelek belakang | : TDR 1.60-17 | ||||
Ban depan | : Camel 45/90-17 | ||||
Ban belakang | : IRC Eat My Dust 60/80-17 | ||||
Workshop TSS |
: Tomo Speed Shop, Jl. Bendungan jago Raya
No. 6-7, Kemayoran, Jakpus tlp 021-93527958
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar